Media Sosial: Antara Kebaikan dan Vonis Virtual

Di era digital, vonis tak lagi hanya datang dari ruang sidang pengadilan. Kini, layar gawai dan jempol manusia (netizen) sering kali bertindak seolah-olah menjadi palu hakim.
Media sosial (medsos) seakan menjelma mahkamah gaib: mengadili tanpa bukti, menghukum tanpa sidang, bahkan mengeksekusi tanpa kesempatan pembelaan.
Fenomena ini lahir dari derasnya arus informasi dan minimnya kesabaran untuk memverifikasi kebenaran. Satu unggahan, satu komentar, atau satu potongan video bisa melahirkan badai opini publik.
Celakanya, sering kali yang viral lebih dipercaya ketimbang yang benar. Padahal, di balik setiap akun ada manusia, dan di balik setiap manusia ada harga diri serta keluarga yang ikut menanggung beban.
Namun, sebagai bangsa beriman, kita diajarkan bahwa keadilan sejati bukanlah hasil algoritma, melainkan bagian dari hukum Tuhan yang lebih sempurna.
Kita pun tahu bahwa persatuan bangsa jauh lebih sakral daripada riuhnya fitnah di lini masa. Maka, bijak menggunakan medsos bukan sekadar pilihan, melainkan kewajiban moral.
Bayangkan jika setiap unggahan dijadikan ladang kebaikan: menyebarkan ilmu, menebar inspirasi, atau sekadar menyapa dengan tulus. Medsos akan menjadi ruang persaudaraan, bukan arena perpecahan.
Sebab pada akhirnya, setiap kata, setiap kalimat, setiap ketikan akan dimintai pertanggungjawaban. Bukan hanya di hadapan sesama manusia, tetapi juga di hadapan Sang Hakim Abadi.
Oleh Ngurah Sigit
Penulis adalah Sosiolog, Budayawan, dan Pemerhati Media.
What's Your Reaction?






